Jumat, 16 April 2010

KEJAWEN & LELAKU LELAKU KEJAWEN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, maka akhirnya tulisan

Kejawen ini dapat terselesaikan.

Terima kasih saya ucapkan kepada para sahabat dan para sesepuh

terkait, yang telah berkenan sepenuh hati membantu memberikan

masukan-masukan, baik nasehat, wejangan, literatur dan karya

kuno yang saya pakai sebagai dasar pijak penulisan makalah ini,

disamping wejangan-wejangan ngelmu yang telah saya terima dari

para bapak ibu spiritual yang amat saya hormati dan junjung

tinggi.

Saya mencoba memakai prinsip sebar ilmu dari eyang Guru

Mbah JOYO KUSUMO, ialah cara penulisannya sedapat mungkin

memakai ilmu barat, yang lazim disebut ILMIAH atau paling sedikit

SEMI ILMIAH. Sedangkan isi intinya tetap berpegang kepada

NGELMU TIMUR, lebih tepatnya NGELMU JAWA / KEJAWEN.

Diharapkan maksud isi tersebut dapat diserap oleh para pembaca

budiman.

Tulisan makalah pertama, banyak dipetik dari PENGETAHUAN

BARAT, yang banyak diwejangkan dan ditulis oleh swargi Guru

tercinta Mbah JOYO KUSUMO.

Hal ini dimaksudkan untuk dapat dimengerti oleh awam masa kini,

yang terlanjur telah dijejali ilmu dunia barat yang rasional ilmiah.

Kemudian tulisan makalah selanjutnya, dipetik asli dari kasanah

NGELMU KEJAWEN, baik dari naskah kuno sebagai literature,

tulisan Kejawen masa kini, maupun wejangan-wejangan Kejawen

dari para guru spiritual tercinta.

Makalah Kejawen ini memang belum lengkap, akan tetapi

dirasakan sudah cukup untuk memberikan INTISARI KANDUNGAN

tentang KEJAWEN.


Semoga tulisan ini berguna bagi kita semuanya. Seluruh alam dan

Semoga semua mahluk hidup damai dan sejah tera.

Amin.

Kiageng Jembar Jumantoro




SEJARAH PERKEMBANGAN

KEPERCAYAAN JAWA

Pada dasarnya, manusia Jawa adalah manusia yang amat

bersifat RELIGIOUS, yang amat percaya bahwa diluar manusia,

terdapat kekuatan atau sesuatu yang mengatur segalanya,
termasuk disini mengatur hidup dan kehidupan manusia.
Perhatian dan rasa hormat yang tiada tara kepada para

leluhur yang telah menghantarkan dan mendasari hidup dan

kehidupan manusia Jawa, mengakibatkan bahwa mereka percaya

ROH PARA LELUHUR tersebut diatas MASIH TETAP

MENJAGA DAN DAPAT DIMINTA PERTOLONGANNYA

didalam mengarungi hidup dan kehidupan manusia

didunia. Kepercayaan terhadap Roh leluhur ini kemudian

menghasilkan kepercayaan khas Jawa yang orang Barat

menamakannya dengan istilah Kepercayaan ANIMISME.

Cara hidup manusia Jawa pada zaman dahulu yang banyak

tergantung kepada ALAM, juga mengakibatkan manusia Jawa amat

percaya akan adanya KEKUATAN-KEKUATAN YANG ADA

DIALAM RAYA, dimana kekuatan-kekuatan tersebut diatas

HARUS DIPUJA untuk dapat DIMINTA PERLINDUNGANNYA

untuk SELAMAT SEJAHTERA dalam mengarungi hidup dan

kehidupannya didunia. Kepercayaan khas Jawa zaman dahulu itu

kemudian disebut oleh orang Barat sebagai Kepercayaan

DINAMISME. DI AWAL PERADAPAN

MANUSIA BERLAKU KONSEP

DETERMINISME LINGKUNGAN KEHIDUPAN MANUSIA AMAT

TERGANTUNG DAN DITENTUKAN OLEH ALAM MANUSIA MERASA

AMAT BERGANTUNG PADA KERAMAHAN ALAM, DAN SEKALIGUS

MERASA AMAT KECIL HIDUP DIALAM RAYA INI.

TIMBUL ORIENTASI MANUSIA KEARAH DUA HUBUNGAN ALAMI :

1). HUBUNGAN KOSMIS ialah hubungan manusia

dengan alam semesta (matahari, bulan, bintang, dst).




2). HUBUNGAN CHTONIS Hubungan manusia

dengan bumi (gunung, laut, pohon, batu dst).

HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN DAN

AKHIRNYA MENJADI DASAR KEHIDUPAN MANUSIA JAWA

MASA LALU.

Kepercayaan ANIMISME & DINAMISME inilah yang kemudian

dipercaya oleh para ilmuwan sebagai KEPERCAYAAN ASLI

MANUSIA JAWA.

Kedatangan para saudagar dari tanah Hindustan, yang

membawa serta agamanya yang disebut Agama HINDU dan

Agama BUDHA, amat sangat berpengaruh terhadap kepercayaan

asli manusia Jawa (animisme dan dinamisme). Kedua agama ini

banyak melengkapi perbendaharaan pengetahuan RELIGIOUS yang

belum dikenal pada saat animisme dan dinamisme dianut.

Agama Hindu, mengenalkan adanya nama-nama para

DEWA penguasa dan pelindung kekuatan-kekuatan alam.

Metoda-metoda untuk melakukan sembah bakti kepada

YANG LEBIH BESAR, AGUNG, BERKUASA daripada manusia,

menjadi LEBIH BERVARIASI.

Agama Budha mengenalkan cara untuk PENYATUAN MANUSIA

DENGAN ALAM dan CARA MENCARI DIRI SENDIRI dengan

METODA SAMADI nya dan lain-lain.

Kedatangan para penjelajah Tionghoa yang membawa

serta kepercayaan TAO & KONG HU CU, turut serta menambah

perbendaharaan kepercayaan Jawa Asli yang telah ada.

Kedatangan para pedagang Persia yang juga membawa

masuk AGAMA ISLAM, (khususnya Tasauf Islam) kemudian

melengkapi pengetahuan religious manusia Jawa pada umumnya.


Begitu pula kedatangan para pedagang Barat, yang

membawa serta agama NASRANI, juga melengkapi

perbendaharaan kepercayaan asli Jawa tersebut diatas.

“Perpaduan” dari bermacam kepercayaan dan agama

tersebut diataslah yang kemudian membentuk suatu kepercayaan

Khas Jawa, atau dapat pula disebut AGAMA JAWA dan

sekaligus PEGANGAN HIDUP MANUSIA JAWA, yang kini

dikenal dengan nama JAVANISME atau JAWAISME, atau

KEBATINAN.

Agama Asli Jawa yang ada, dapat menyatu dan memetik hal-

hal baru dari kepercayaan dan agama lain, karena pada

hakekatnya kepercayaan Jawa selalu BERORIENTASI

KEPADA INTI SARI RELIGI, sehingga BEBAS MEMETIK TANPA

KEHILANGAN JATIDIRINYA.







JAWAISME / JIWO JAWI / FILSAFAH

JAWA


1. FILSAFAH











FILSAFAH ADALAH PENGALAMAN BATIN BANYAK

ORANG, yang kemudian MENJADI SIKAP HIDUP.

FILSAFAH JAWA ADALAH PIKIRAN DASAR

ORANG JAWA YANG TUMBUH SEJAK DAHULUKALA, DAN

MENJADI SIKAP HIDUP BERSAMA.

Ahli Barat, menamakannya :

- THE JAVANESE COLLECTIVE THOUGHT

- THE JAVANESE RELIGIOUS ATTITUDE

- THE RELIGION OF JAVA


Prosesnya mulai dizaman hidup menetap (SEDENTAIR)

terkumpul bebagai pengalaman : fisik, social mental, spiritual,

supranatural Bertumbuh akumulatif, makin disadari,

akhirnya menjadi milik batin.

Berguna untuk : a. Memperluas kesadaran

b. Mempertajam kecerdasan

c. Memupuk persatuan dan kesatuan

d. Mendasari perkembangan selanjutnya

Menggunakannya lewat :

a. KEBERATURAN MENYELURUH, yang disebut ORDE (HUKUM

MANU).

b. PRANGKAT KEBERSAMAAN (TRADISI).

c. USAHA-USAHA FORMAL DAN INFORMAL (PENDIDIKAN).



2. FILOSOFI

FILSAFAH berbeda dengan FILOSOFI, dimana arti dari Filosofi

adalah hasil cipta / temuan para ahli, dari pengalaman

pribadi Yang disusun secara logis – rapi – teliti

ilmiah atau dapat dikatakan dengan bahasa lain, ialah

“Kerangka pikiran ilmiah yang dibuat oleh orang-orang

pintar, dengan tujuan untuk MENUNJUKKAN JALAN

MENUJU KE KEBIJAI’AN”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari FILSAFAH adalah

“SIKAP HIDUP KOLEKTIF, BERTUMBUH LEWAT EVOLUSI,

SELALU TERUS MENGALIR TANPA HENTI, PENGARAH

HIDUP BERSAMA”.

Sedang FILOSOFI adalah “KERANGKA PIKIR YANG DIGUBAH

OLEH SARJANA/SUJANA, MENDAPAT PENGANUT DARI

MEREKA YANG MENGERTI, MENYETUJUI MENJADI

ELITE”




3. TASYAUF, SYFISME

Merupakan bentuk Filosofi, khusus dalam AGAMA ISLAM.

Dengan paugeran Dhalil Kadis Ijemak Kiyas. Yang

menjadi inti permasalahan adalah : TAREKAT – HAKEKAT –

MAKRIPAT.

4. SULUK, WIRID, WEJANGAN KEJAWEN

Merupakan Filsafah Jawa YANG DIGUBAH SECARA RAPI,

TETAPI TIDAK ASLI LOGIKA, TERKOMBINASI RASA, yang

mengandung getaran : WINGIT LUNGIT. Pada umumnya

kemudian disebut dengan istilah KABATOSAN / KEBATINAN.

Tetapi BUKAN ALIRAN – BUKAN ILMU.

Kemudian dinamakan NGELMU, yang artinya “ANGELE YEN

KETEMU”, karena “KUDU NGANGGO LAKU”.

PUCUNG :

NGELMU IKU KALAKONE KANTI LAKU (Ngelmu itu dapat terkuasai

hanya dengan dilaksanakan)

LEKASE LAWAN KHAS (Dasarnya melalui Khas)

TEGESE KHAS NYANTOSANI (Dimana arti Khas adalah Semangat

baja)

SEDYO BUDYO (Dengan maksud dan tujuan)

PANGEKESE DURHANGKORO Menghilangkan angkara murka)

KINANTI:

MANGKA TA KANG ARAN LAKU (Yang disebut pelaksanaan)

LAKUNE NGELMU SEJATI (Pelaksanaan dari Ngelmu yang

sebenarnya)

TAN DAHWEN PATI OPEN (Tidak menggangu kepentingan lain

orang)

TAN PANASTEN, NORA JAHIL (Tidak gampang marah dan jahil)


TAN NJURUNGI MRING KAHARDAN (Tidak senang dan membantu

angkara murka)

HAMUNG HENENG MAMRIH HENING (Hanya lah diam untuk

mencapai keheningan)