Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, maka akhirnya tulisan
Kejawen ini dapat terselesaikan.
Terima kasih saya ucapkan kepada para sahabat dan para sesepuh
terkait, yang telah berkenan sepenuh hati membantu memberikan
masukan-masukan, baik nasehat, wejangan, literatur dan karya
kuno yang saya pakai sebagai dasar pijak penulisan makalah ini,
disamping wejangan-wejangan ngelmu yang telah saya terima dari
para bapak ibu spiritual yang amat saya hormati dan junjung
tinggi.
Saya mencoba memakai prinsip sebar ilmu dari eyang Guru
Mbah JOYO KUSUMO, ialah cara penulisannya sedapat mungkin
memakai ilmu barat, yang lazim disebut ILMIAH atau paling sedikit
SEMI ILMIAH. Sedangkan isi intinya tetap berpegang kepada
NGELMU TIMUR, lebih tepatnya NGELMU JAWA / KEJAWEN.
Diharapkan maksud isi tersebut dapat diserap oleh para pembaca
budiman.
Tulisan makalah pertama, banyak dipetik dari PENGETAHUAN
BARAT, yang banyak diwejangkan dan ditulis oleh swargi Guru
tercinta Mbah JOYO KUSUMO.
Hal ini dimaksudkan untuk dapat dimengerti oleh awam masa kini,
yang terlanjur telah dijejali ilmu dunia barat yang rasional ilmiah.
Kemudian tulisan makalah selanjutnya, dipetik asli dari kasanah
NGELMU KEJAWEN, baik dari naskah kuno sebagai literature,
tulisan Kejawen masa kini, maupun wejangan-wejangan Kejawen
dari para guru spiritual tercinta.
Makalah Kejawen ini memang belum lengkap, akan tetapi
dirasakan sudah cukup untuk memberikan INTISARI KANDUNGAN
tentang KEJAWEN.
Semoga tulisan ini berguna bagi kita semuanya. Seluruh alam dan
Semoga semua mahluk hidup damai dan sejah tera.
Amin.
Kiageng Jembar Jumantoro
SEJARAH PERKEMBANGAN
KEPERCAYAAN JAWA
Pada dasarnya, manusia Jawa adalah manusia yang amat
bersifat RELIGIOUS, yang amat percaya bahwa diluar manusia,
terdapat kekuatan atau sesuatu yang mengatur segalanya,
termasuk disini mengatur hidup dan kehidupan manusia.
Perhatian dan rasa hormat yang tiada tara kepada para
leluhur yang telah menghantarkan dan mendasari hidup dan
kehidupan manusia Jawa, mengakibatkan bahwa mereka percaya
ROH PARA LELUHUR tersebut diatas MASIH TETAP
MENJAGA DAN DAPAT DIMINTA PERTOLONGANNYA
didalam mengarungi hidup dan kehidupan manusia
didunia. Kepercayaan terhadap Roh leluhur ini kemudian
menghasilkan kepercayaan khas Jawa yang orang Barat
menamakannya dengan istilah Kepercayaan ANIMISME.
Cara hidup manusia Jawa pada zaman dahulu yang banyak
tergantung kepada ALAM, juga mengakibatkan manusia Jawa amat
percaya akan adanya KEKUATAN-KEKUATAN YANG ADA
DIALAM RAYA, dimana kekuatan-kekuatan tersebut diatas
HARUS DIPUJA untuk dapat DIMINTA PERLINDUNGANNYA
untuk SELAMAT SEJAHTERA dalam mengarungi hidup dan
kehidupannya didunia. Kepercayaan khas Jawa zaman dahulu itu
kemudian disebut oleh orang Barat sebagai Kepercayaan
DINAMISME. DI AWAL PERADAPAN
MANUSIA BERLAKU KONSEP
DETERMINISME LINGKUNGAN KEHIDUPAN MANUSIA AMAT
TERGANTUNG DAN DITENTUKAN OLEH ALAM MANUSIA MERASA
AMAT BERGANTUNG PADA KERAMAHAN ALAM, DAN SEKALIGUS
MERASA AMAT KECIL HIDUP DIALAM RAYA INI.
TIMBUL ORIENTASI MANUSIA KEARAH DUA HUBUNGAN ALAMI :
1). HUBUNGAN KOSMIS ialah hubungan manusia
dengan alam semesta (matahari, bulan, bintang, dst).
2). HUBUNGAN CHTONIS Hubungan manusia
dengan bumi (gunung, laut, pohon, batu dst).
HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN DAN
AKHIRNYA MENJADI DASAR KEHIDUPAN MANUSIA JAWA
MASA LALU.
Kepercayaan ANIMISME & DINAMISME inilah yang kemudian
dipercaya oleh para ilmuwan sebagai KEPERCAYAAN ASLI
MANUSIA JAWA.
Kedatangan para saudagar dari tanah Hindustan, yang
membawa serta agamanya yang disebut Agama HINDU dan
Agama BUDHA, amat sangat berpengaruh terhadap kepercayaan
asli manusia Jawa (animisme dan dinamisme). Kedua agama ini
banyak melengkapi perbendaharaan pengetahuan RELIGIOUS yang
belum dikenal pada saat animisme dan dinamisme dianut.
Agama Hindu, mengenalkan adanya nama-nama para
DEWA penguasa dan pelindung kekuatan-kekuatan alam.
Metoda-metoda untuk melakukan sembah bakti kepada
YANG LEBIH BESAR, AGUNG, BERKUASA daripada manusia,
menjadi LEBIH BERVARIASI.
Agama Budha mengenalkan cara untuk PENYATUAN MANUSIA
DENGAN ALAM dan CARA MENCARI DIRI SENDIRI dengan
METODA SAMADI nya dan lain-lain.
Kedatangan para penjelajah Tionghoa yang membawa
serta kepercayaan TAO & KONG HU CU, turut serta menambah
perbendaharaan kepercayaan Jawa Asli yang telah ada.
Kedatangan para pedagang Persia yang juga membawa
masuk AGAMA ISLAM, (khususnya Tasauf Islam) kemudian
melengkapi pengetahuan religious manusia Jawa pada umumnya.
Begitu pula kedatangan para pedagang Barat, yang
membawa serta agama NASRANI, juga melengkapi
perbendaharaan kepercayaan asli Jawa tersebut diatas.
“Perpaduan” dari bermacam kepercayaan dan agama
tersebut diataslah yang kemudian membentuk suatu kepercayaan
Khas Jawa, atau dapat pula disebut AGAMA JAWA dan
sekaligus PEGANGAN HIDUP MANUSIA JAWA, yang kini
dikenal dengan nama JAVANISME atau JAWAISME, atau
KEBATINAN.
Agama Asli Jawa yang ada, dapat menyatu dan memetik hal-
hal baru dari kepercayaan dan agama lain, karena pada
hakekatnya kepercayaan Jawa selalu BERORIENTASI
KEPADA INTI SARI RELIGI, sehingga BEBAS MEMETIK TANPA
KEHILANGAN JATIDIRINYA.
JAWAISME / JIWO JAWI / FILSAFAH
JAWA
1. FILSAFAH
FILSAFAH ADALAH PENGALAMAN BATIN BANYAK
ORANG, yang kemudian MENJADI SIKAP HIDUP.
FILSAFAH JAWA ADALAH PIKIRAN DASAR
ORANG JAWA YANG TUMBUH SEJAK DAHULUKALA, DAN
MENJADI SIKAP HIDUP BERSAMA.
Ahli Barat, menamakannya :
- THE JAVANESE COLLECTIVE THOUGHT
- THE JAVANESE RELIGIOUS ATTITUDE
- THE RELIGION OF JAVA
Prosesnya mulai dizaman hidup menetap (SEDENTAIR)
terkumpul bebagai pengalaman : fisik, social mental, spiritual,
supranatural Bertumbuh akumulatif, makin disadari,
akhirnya menjadi milik batin.
Berguna untuk : a. Memperluas kesadaran
b. Mempertajam kecerdasan
c. Memupuk persatuan dan kesatuan
d. Mendasari perkembangan selanjutnya
Menggunakannya lewat :
a. KEBERATURAN MENYELURUH, yang disebut ORDE (HUKUM
MANU).
b. PRANGKAT KEBERSAMAAN (TRADISI).
c. USAHA-USAHA FORMAL DAN INFORMAL (PENDIDIKAN).
2. FILOSOFI
FILSAFAH berbeda dengan FILOSOFI, dimana arti dari Filosofi
adalah hasil cipta / temuan para ahli, dari pengalaman
pribadi Yang disusun secara logis – rapi – teliti
– ilmiah atau dapat dikatakan dengan bahasa lain, ialah
“Kerangka pikiran ilmiah yang dibuat oleh orang-orang
pintar, dengan tujuan untuk MENUNJUKKAN JALAN
MENUJU KE KEBIJAI’AN”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari FILSAFAH adalah
“SIKAP HIDUP KOLEKTIF, BERTUMBUH LEWAT EVOLUSI,
SELALU TERUS MENGALIR TANPA HENTI, PENGARAH
HIDUP BERSAMA”.
Sedang FILOSOFI adalah “KERANGKA PIKIR YANG DIGUBAH
OLEH SARJANA/SUJANA, MENDAPAT PENGANUT DARI
MEREKA YANG MENGERTI, MENYETUJUI MENJADI
ELITE”
3. TASYAUF, SYFISME
Merupakan bentuk Filosofi, khusus dalam AGAMA ISLAM.
Dengan paugeran Dhalil – Kadis – Ijemak – Kiyas. Yang
menjadi inti permasalahan adalah : TAREKAT – HAKEKAT –
MAKRIPAT.
4. SULUK, WIRID, WEJANGAN KEJAWEN
Merupakan Filsafah Jawa YANG DIGUBAH SECARA RAPI,
TETAPI TIDAK ASLI LOGIKA, TERKOMBINASI RASA, yang
mengandung getaran : WINGIT LUNGIT. Pada umumnya
kemudian disebut dengan istilah KABATOSAN / KEBATINAN.
Tetapi BUKAN ALIRAN – BUKAN ILMU.
Kemudian dinamakan NGELMU, yang artinya “ANGELE YEN
KETEMU”, karena “KUDU NGANGGO LAKU”.
PUCUNG :
NGELMU IKU KALAKONE KANTI LAKU (Ngelmu itu dapat terkuasai
hanya dengan dilaksanakan)
LEKASE LAWAN KHAS (Dasarnya melalui Khas)
TEGESE KHAS NYANTOSANI (Dimana arti Khas adalah Semangat
baja)
SEDYO BUDYO (Dengan maksud dan tujuan)
PANGEKESE DURHANGKORO Menghilangkan angkara murka)
KINANTI:
MANGKA TA KANG ARAN LAKU (Yang disebut pelaksanaan)
LAKUNE NGELMU SEJATI (Pelaksanaan dari Ngelmu yang
sebenarnya)
TAN DAHWEN PATI OPEN (Tidak menggangu kepentingan lain
orang)
TAN PANASTEN, NORA JAHIL (Tidak gampang marah dan jahil)
TAN NJURUNGI MRING KAHARDAN (Tidak senang dan membantu
angkara murka)
HAMUNG HENENG MAMRIH HENING (Hanya lah diam untuk
mencapai keheningan)